Friday, September 6, 2013

Hair Coloring

HAIR COLORING.

Masih suka sakit sih ya kalau terus menyebut kata tersebut. Sakit hati? Ya.. Agak menyesal mungkin tepatnya. Keputusan untuk "Oke, gue akan merubah warna rambut gue" itu ternyata keputusan besar yang lumayan berpengaruh bagi fisik dan mental seseorang. Hehehe.

Mengapa fisik?
Ya karena jika rambut berubah warna, maka penampilan secara fisik akan berubah. Aura seseorang akan berubah. Jika hasilnya bagus, fisik jadi bagus pula, begitu sebaliknya. DAN bagi gue, fisik berpengaruh ke mental. SANGAT BERPENGARUH.

Mengapa Mental?
Ya itu tadi, karena fisik berubah, mental pun akan berubah. Mental up, jika perubahan warna rambut membuat fisik jadi bagus, dan begitu pun sebaliknya, mental down, jika perubahan warna rambut membuat fisik jadi minus.

Pengalaman gue dalam hair coloring sebetulnya tidak separah "membuat fisik jadi minus" itu tadi. Enggak segitunya sih. Hanya "tidak sesuai harapan". HANYA? Ya enggak hanya sih tapi "ENGGAK SESUAI HARAPAN BINGIT"

Dari zaman gue SMP, gue sih sudah lihat ya ada temen-temen yang rambutnya "agak beda". Kok pas upacara rambutnya jadi keunguan begitu atau rambutnya cokelat bukan hitam. Tapi baru sekarang gue merasa tergelitik (GILE BAHASA LO) untuk mencoba mewarnai rambut.

Alasan pertama, gue sudah merasa dewasa untuk merubah penampilan. Alasan kedua, sudah punya uang sendiri buat ke salon. Alasan ketiga, laper mata liat model-model dan cewek-cewek lainnya punya warna rambut yang lucu.

Pertama kali mewarnai rambut itu,  bulan Februari 2013. Tapi itu diwarnain sama Dini, beli cat rambutnya di supermarket. Merk cat rambutnya L'oreal, harganya Rp 88.000,- something. Waktu itu, merasa butuh untuk dicat karena rambut gue kelihatan kusam pasca di-smoothing. Dini bilang, enam bulan lagi nanti ngecat rambut lagi karena pasti warnanya sudah pudar.

Padahal habis dicat pun, gue enggak melihat perbedaan sebelum dan sesudah dicat. Mungkin karena gue terlalu memilih warna rambut yang gelap ya jadi enggak keliatan. Kemudian karena merasa ngecat rambut sendiri tidak maksimal, beberapa hari lalu, gue memutuskan untuk pergi ke salon.

Pergi ke sebuah mall deket rumah. Memilih salon yang lumayan cukup terkenal. Duh, sebut namanya enggak yah. Nama salonnya terdiri dari dua suku kata. Depannya J. YOU KNOW KAAAAAN? Ya itulah.
Datang ke sana, dengan harapan keluar dari salon itu dengan memiliki warna rambut seperti ini:




Salah satu dari itu deh pokoknya. Stylist-nya bilang, enggak bisa semirip itu. KARENA butuh beberapa kali pewarnaan. DAN setelah menghabis dua setengah botol cat rambut, hasilnya tidak memuaskan. Ya mungkin balik lagi, memang enggak bisa satu kali pewarnaan. Harus berkali-kali. Next time, beli cat rambut sendiri aja deh. Karena jika dibandingkan dengan pengeluaran yang lumayan besar, hasil jauh banget.

Mendingan cat rambut sendiri atau ke salon kampung aja. That's a good idea!

Thursday, August 29, 2013

BELANJA ONLINE: lexoir.com

Belanja online memang memiliki beberapa kelebihan, selain praktis karena tidak perlu repot-repot pergi ke mall, barang-barang di online shop juga terkadang lebih murah dibanding dengan harga barang di mall. Dengan asumsi bahwa si penjual tidak membayar biaya sewa toko, jadi harga barang di online shop lebih murah.

Tapiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii,
Ada banyak resiko jika berbelanja di online shop. Resikonya bermacam-macam, mulai dari barang yang tidak sesuai dengan harapan sampai dengan barang yang dipesan tidak dikirim oleh sang penjual online shop. Beberapa waktu lalu, belum lama ini, gue mengalami "resiko" berbelanja online.

Meski gue adalah penjual online shop, tapi baru pertama kali ini gue beli baju di online shop. Sebelumnya gue enggak pernah berani belanja online. Ada alasannya mengapa gue memutuskan belanja online. Berawal dari temen kerja gue yang melihat foto dress di sebuah fan page online shop di facebook yang mirip dengan dress yang gue punya.

Ini foto dress yang ada di fan page online shop



Ini dress yang gue punya. Mirip kan sama yang di atas?

Meskipun gambarnya kurang jelas, tapi yang jelas dress yang gue punya warnanya hijau dan sama persis dengan yang dress yang di foto fan page online shop. Gue beli dress tersebut di ITC dengan harga Rp 100.000,- (Ditawar dari harga awal Rp 115.000,-), sedangkan di online shop tersebut harganya hanya Rp 59.000,-

JELAS gue kaget dan berasumsi "WAH MENDING BELI DI SINI DONG". Kemudian gue berniat membeli dress yang sama dengan warna berbeda karena gue sangat nyaman dengan dress ini, membeli dengan model yang sama, kenapa tidak?

Ternyata dress tersebut out of stock. Kemudian, gue tidak patah arang, gue mencari dress lain yang ukuran, harga dan bahannya sama. Gue pesan dan langsung diproses. Harga Rp 59.000,- Ongkos kirim Rp 8.000,- Total Rp 67.000,-

Dua hari barangnya sampai ke rumah. Dengan hati yang berbunga-bunga, gue membuka bungkusan dengan cepat. DAN APA YANG GUE DAPATKAN:

EKSPEKTASI: Online shop tersebut menjual baju ini.


Tapi yang didapat baju tidak karuan ini. Bentuknya tidak persisi. Warna jauh berbeda.

Di foto bagian dadanya kotak, ini tidak jelas bentuknya.

Bagian lengannya juga jauh berbeda.

Jahitan tidak rapih dan ada robekan.

Harusnya di lexoir.com dicantumkan di keterangan bahwa baju yang mereka jual adalah REPLIKA dari foto yang di-display. Gue sudah berekspektasi lebih karena dress yang saya punya (beli di ITC), sama persis dengan dress yang di-display di online shop mereka.


KECEWA BERAT! Much better datang langsung ke mall, lihat dan bayar. Meski harus berlelah-lelahan mengitari mall untuk dapat yang diinginkan, tapi lebih memuaskan. MORE WORTHY. Atau jika memang ingin membeli onlineshop harus sangat ekstra hati-hati. Membelinya jangan tergesa-gesa. Harus cek dan ricek kredibilitas online shop tersebut.
Semoga bermanfaat.

Saturday, June 22, 2013

BBM - Bahan Bakar Minyak



You can see that?
Mobil yang terbilang mewah, mengkonsumsi premium, which is BBM Bersubsidi yang dikhususkan untuk "GOLONGAN TIDAK MAMPU"
What's your opinion?


Kalau gue sih, sedih lihatnya. Mereka (para pemilik mobil) tidak perduli bahwa telah merugikan seluruh Indonesia. Sekarang dampaknya apa? Harga BBM jadi dinaikkan kan? Kalau harga BBM naik, otomaticly, semua hal, segala hal, harganya juga jadi naik.

Kenapa harga BBM naik? Dikarenakan, anggaran pemerintah sudah tidak sanggup lagi untuk mensubsidi BBM (katanya begitu), jadi harus dinaikkan. Gimana enggak membludak subsidinya, jumlah kepemilikan mobil terus semakin bertambah dan mobil-mobil tersebut menggunakan yang bukan haknya, yaitu Premium.

Sekarang gini deh, kenapa sih lo beli mobil? SUDAH MERASA MAMPU BELI KAN?
Mampu beli mobil itu seharusnya sudah dikategorikan, mampu untuk:
1. Beli aksesoris mobil
2. Service mobil
3. Beli bahan bakar
4. Perawatan mobil
5. Pajak

HOW MUCH YOU MUST SPEND FOR THAT?
Banyak banget kan? Jadi, ketika lo sudah "merasa" mampu beli mobil dengan pengeluaram yang sangat wah itu, mampu juga dong beli bahan bakar yang sesuai yaitu, minimal Pertamax. Selain dilarang oleh pemerintah, penggunaan Premium untuk mobil keluaran baru juga enggak bagus, karena akan merusak mesin karena kadar oktan Premium hanya 88. Lebih lengkapnya bisa surfing sendiri ya di internet.

SO, MASIH ADA ALASAN PENGGUNA MOBIL PRIBADI, KHUSUSNYA MOBIL KELUARAN BARU, MASIH PAKAI PREMIUM?

Beli mobil itu untuk apa sih sebenernya?
1. Alat transportasi yang nyaman
2. Lebih banyak menampung penumpang
3. Berkendara ke tempat yang jauh
4. Gengsi

Kalau mobil dipakainya untuk sekeluarga pergi jalan-jalan atau pulang kampung, ya wajar ya. Dipakainya efektif. NAH! Sekarang ini. Tiap pagi, berangkat ke kantor, satu orang satu mobil, macet-macetan. Udah gitu pakai Premium lagi. EFEKTIFnya dimanaaaaaaaaa? Kalau sudah begitu kan, pastinya, bawa mobil hanya untuk "GENGSI".

Kalau memang untuk gengsi, kok enggak gengsi ya isi Premium di SPBU?
Tutup mata akan tulisan "BBM BERSUBSIDI HANYA UNTUK RAKYAT TIDAK MAMPU".
Kalau memang gengsinya tinggi, harga dirinya tinggi, ya beli mobil, pakai Pertamax juga dong. Jangan cuma gaya doang digedein.
JEMPUT CEWEK BAWA MOBIL, NONGKRONG DI STARBUCKS, TAPI BENSINNYA PREMIUM. atau KETAWA KETIWI SANA-SINI, SHOPPING DI GRAND INDONESIA, BENSIN PREMIUM.

someone said this to me:
"Kalau gaji 20 juta mah, mau deh beli Pertamax. Jakarta macet mulu, bensin cepet abis."

ENGGAK USAH NAIK MOBIL, ITU LO BELUM MAMPU NAMANYA.
GILA! LO NGERUGIIN NEGARA, MEN! CUMA UNTUK GAYA-GAYAAN.
Wake up!


Kalau belum mampu beli Pertamax, ya naiklah motor, naiklah angkutan umum, atau lebih ekstrim lagi, naiklah sepeda. Please, jangan cuma gede di "GAYA". It's okay, lo memang orang kaya tapi kalau masih beli premium juga. Itu sih namanya, "Orang kaya jiwa miskin".

Bisa bedain kan? Orang kaya jiwa kaya, Orang kaya nanggung, Orang kaya jiwa miskin, Orang sederhana jiwa kaya, orang miskin jiwa miskin. Which one are you?

BE WISE-lah. Selain bagus untuk mobil-mobil baru kalian, kan untuk negara juga.
"Tidak usah menanyakan apa yang telah negara berikan untukmu, tapi tanyakanlah, apa yang sudah kamu berikan untuk negara, ya minimal mematuhi peraturannyalah"

Wednesday, June 12, 2013

Pustakawan Perpustakaan Perguruan Tinggi

Bekerja di tempat baru, namun bidang pekerjaannya masih tetap sama yaitu, Perpustakaan. Ternyata tidak ada perbedaan signifikan. Apalagi sama-sama Perpustakaan Perguruan Tinggi yang penggunanya sama, mahasiswa dan dosen.

Menjadi pustakawan di perpustakaan perguruan tinggi kendalanya hanya satu, berhadapan dengan mahasiswa yang rata-rata umurnya di bawah kita dan tergolong "labil". Susah untuk mematuhi peraturan. Susah untuk diberi pengertian. Harus ekstra sabar. Tidak lain hal dengan dosen yang selalu ingin "dihormati". Harus ekstra sabar juga.

Hal-hal yang biasa dilanggar yaitu, malas untuk menulis buku pengunjung dan kurangnya rasa malu untuk berteriak-teriak di ruang baca. Ya dulu gue juga pernah jadi mahasiswa. Pastinya juga pernah dengan tanpa sadar membuat kegaduhan di perpustakaan. Tapi, ketika ada pengawas atau pustakawan yang menegur, dengan sangat merasa bersalah, gue akan mengontrol volume suara. Terkadang, banyak mahasiswa yang sudah ditegur berulang-ulang, masih saja terus berisik. Hal terakhir ya, diamkan saja, nanti mereka capek sendiri ketawanya.

Kalau untuk menulis buku pengunjung, sudah gue mulai biasakan setiap mahasiswa yang masuk untuk menulis daftar buku pengunjung. Karena kan ada pepatah yang bilang, ala bisa karena terbiasa. Jadi, nanti kalau dibiasakan disuruh menulis pengunjung, kedepannya mereka akan mulai terbiasa dan dengan kebiasaan tersebut, dengan sendirinya menulis buku pengunjung.

Tuesday, June 11, 2013

My New Office - KALBIS Institute

Pada hari Kamis, 23 Mei 2013
Ada panggilan interview di KALBIS Institute untuk bagian Perpustakaan. Alhamdulillah. Pada hari itu juga, gue diterima dan mulai bekerja pada Senin, 3 Juni 2013. I'm very excited!

This is my new office at KALBIS Institute.



Me work as Circulation Librarian. This is my work place.


Saturday, April 6, 2013

Interview - IBS

Senin, 1 April 2013 gue mendapat telepon dari seseorang yang mengundang gue untuk interview. Gue menanyakan "dari perusahaan mana ya?", kemudian terdengar samar-samar "inti bumi jsdhgkqueygkque". Untungnya dalam mencatat alamat perusahaan tersebut, enggak ada kesalahan. Ya nanyanya enggak sekali sih. Hehehe.

Gue merasa ragu sama nama perusahaannya, gue SMS mbak-mbak yang telepon tadi. Mbaknya baik, karena mau ngasih nomor hand phone-nya. "Nama perusahaan dan untuk posisi apa". Kemudian mendapat balasan yang panjang, intinya isinya begini "INTI BANGUN SEJAHTERA, Supervisor Database Management". Kemudian gue cek akun Jobstreet dan JobsDB gue, kok enggak ada history yang menyatakan kalo gue pernah apply ke sana ya.

Tapi setelah gue liat recruitment perusahaan tersebut sih, gue kayak udah pernah liat. Atau memang sudah melamar di sana. Maklum ya, banyak apply ke berbagai perusahaan jadi lupa. Masih ragu, ragu dan ragu. Ditambah lagi, lokasi interview yang lumayan jauh buat gue. B-S-D. Duh, naik bis deh pasti.

Tapi, gue takut nyesel kayak kemarin yang sempet dua kali menghiraukan interview yang berujung penyesalan. Oke, bermodal "takut menyesal dan kenapa enggak dicoba" gue putuskan untuk datang interview di BSD tersebut.

Mulai cari-cari, di mana sih letak perusahaan tersebut, naik apa sih ke sana, perusahaan apa sih, dan sebagainya. Seharian searching, lebay! enggak deh, mungkin beberapa jam cari informasi. Akhirnya lengkap.

Inti Bangun Sejahtera sebuah perusahaan penyedia tower. Gue akan di-interview di kantornya di BSD yang alamat lengkapnya adalah "Jalan Pahlawan Seribu CBD BSD Lot 12A Gedung Smart Telecom BSD" tepatnya berada di belakang Teraskota. Dari Kampung Rambutan (Jalan Baru) naik Agramas turunnya persis di seberang Teraskota.

Saat itu gue berangkat dari rumah jam 09:30 WIB karena banyak yang bilang ke sana itu jarak tempuhnya 1-1,5 jam. Ya gue buletinlah ya. Oke. 2 jam. Prediksi gue adalah sampai sana jam 12:00 WIB kemudian makan siang, jam satu siang ke kantor perusahaan tersebut.

Kenyataan yang ada, jam 11:00 WIB pun gue sudah sampai. Kecepatan 3 jam. Ternyata hanya 40 menit kurang dari Kampung Rambutan ke Teraskota. Jalan tol sepi banget. 3 jam ngapain enaknya. Akhirnya makan, duduk-duduk, re-make up, dan sesuai rencana jam satu ke kantornya. Jalan kaki dari Teraskota, lumayan jauh, panas dan gersang sekali. Sesuatu bangetlah pokoknya.

Sesampainya di sana, nunggu lagi. Setengah jam. Ternyata kantor perusahaannya masih satu komplek sama Smart Telecom, jadi perusahaan tersebut menyewa gedung Smart Telecom, ya gitu deh kayaknya. Sambil nunggu, disuruh mengisi data diri. Biasalah ya kalo interview pasti ngisi kayak gituan.

Datanglah sesosok wanita yang gue tunggu, yaitu Mbak atau Ibu Indarti. Aduh itu bukan interview kali ya namanya. Tapi, T-E-S. HRD yang telepon enggak bilang kalau ada T-E-S. Gue bawa C.V. dan Ijazah, boro-boro dilihat.
-__________-

Dijelasin terlebih dahulu mengenai deskripsi perusahaan tersebut. Kemudian gue disuruh bikin laporan  dan presentasi pakai pivot table. THAT WAS MY FIRST TIME, KNEW ABOUT PIVOT TABLE. Sejak itu, oke gue hopeless, sangat hopeless. Karena Mbak Indartinya juga sudah rada males gitu sama gue. Pengennya gue saat itu bilang, "Pulangkan gueeeeeeee sekarang :'''''''("

Tapi tetep sih gue kerjain sebisa mungkin. Padahal gue suka banget sama posisi itu, database management. Padahal kan kalau gue diajarin, gue pasti bisa. Tapi kayaknya pihak sana enggak mau menerima itu. Pulang dengan harapan kosong, tangan hampa, hati bolong, Hahaha.

Saturday, March 16, 2013

ONE YEAR - MAMA

Untuk mengenang satu tahun kepergian Mama. Gue ingin mengenang, masa-masa Mama sebelum meninggal. Belum sempat gue post di blog, karena waktu itu sibuk ngurusin pemakaman dan pengajian Mama.




Awalnya,
Mama memang sudah lama mengidap penyakit Diabetes. Kira-kira sudah tujuh tahunan sebelum Mama meninggal. Awalnya, Mama adalah wanita yang gemuk.

Ini Mama dan gue. Saat itu Mama berusia sekitar 35 tahun dan gue 5 tahun.


Saat gue SMP, kira-kira tahun 2005-an, Mama mulai merasa ada gejala Diabetes, yaitu gampang  mengantuk. Awalnya kan memang dikira Mama kecapean. Kemudian Mama mengecek gula darahnya. Ternyata gula darah Mama di atas rata-rata. Saat itu, Mama jadi sering sakit. Mungkin karena kecapean juga. Lama kelamaan Mama mengurus. Berat badannya turun. Biasanya selain Diabetes, ada penyakit lain yang mengikuti, liver, jantung dan lainnya. Karena Mama perokok aktif, Paru-paru Mama yang terkena.

Enggak hanya sakit, sejak diperiksa kalau Mama terkena Diabetes. Mama jadi sering dirawat di rumah sakit. Terhitung sudah empat kali Mama dirawat. Tapi, setiap masuk rumah sakit, keluhan awalnya adalah Mama enggak bisa makan karena pencernaannya sakit. Jadi, badan Mama makin lemas. Kemudian menggigil dan harus di-opname.

Beberapa kali dirawat, memang enggak ngebuat Mama memantang makanan manis. Kesukaannya Es Doger. Mama suka banget ngemil. Akhirnya lama-kelamaan Mama kurusan.


Ini Mama dan gue awal tahun 2009


Selain sudah tua, Mama kurusan karena Diabetes. Alhamdulillahnya adalah Diabetes Mama adalah Diabetes kering. Jadi, efeknya adalah Mama jadi kurus. Kalau Diabetes basah, kalau luka susah untuk disembuhkan. Selain mengurus dan terus mengurus, Mama semakin enggak bisa buat menahan pipis. Kira-kira 5 jam sekali pipis. Jadi, kalau perjalanan jauh, agak ribet. Selain itu juga, Mama lemeeeeees banget. Diajak ngobrol juga udah enggak antusias.


Ini Mama dan gue pada tahun 2011


Pada tahun 2011 akhir, gue memutuskan untuk ngekos di Depok karena saat itu gue sudah mau nyusun skripsi dan sambil kerja juga. Jadi, gue pikir, gue harus konsentrasi di dua hal tersebut. Pulang seminggu sekali. Jadi, agak nyesel setelah tahu kalau sebenernya itu saat-saat terakhir. Enggak banyak momen di saat terakhir jadinya. Setiap pulang ke rumah, pasti Mama lagi tiduran dan nonton TV. Sesekali keluar rumah buat ngumpet-ngumpet ngerokok. Kata tetangga sih gitu. Mama tuh emang preman banget deh. Enggak bisa dibilangin. Padahal badannya udah lemes begitu. Makanya, sekali pun gue enggak pernah nyobain rokok. Benci banget sama yang namanya rokok. Cukup Mama saja yang kecanduan.


Klimaksnya adalah, saat itu hari Senin, 19 Maret 2012. Saat gue lagi kerja, ada telepon dari Papa yang bilang kalau Mama sakit, mau dibawa ke rumah sakit. Entah kenapa. Mungkin karena jarang pulang, langsung nangis sejadi-jadinya. Langsung telpon Aa Deri. Samanya, Aa juga jadi ikutan nangis. Enggak lama kemudian, minta izin pulang buat ngeliat Mama.



Ini Mama saat di UGD. Mama lemes karena dari kemarin, Mama enggak bisa makan. Setiap makan enek terus katanya. Dibuang-buang terus. Akhirnya harus dirawat, agar bisa di-infus karena perut Mama kosong.


Seperti sebelum-sebelumnya, pasti awalnya Mama enggak bisa makan. Kemudian setelah dirawat, gula darahnya naik melejit mencapai angkat 500-an. Kemudian sempat HI, saking tingginya angka enggak keluar. Di atas 600-an. Pernah di atas 700-an. Kata dokter, Mama kuat banget.


Ini Mama saat mau diperiksa jantung dan lain-lain. Takutnya ada komplikasi, katanya. Jadi harus dicek semua.


Mama sudah kurus banget saat itu. Tinggal tulang mungkin. Kalau saja, gue bisa berbagi sedikit saja lemak di badan gue. Pasti Mama enggak kurus kayak gitu. Kemudian, keadaan memburuk. Mama memang sudah jarang bicara. Badannya lemes. Membuka mata aja sudah malas. Kalaupun bangun. Biasanya untuk muntah atau minum. Pernah saat kita semua kumpul, Aa Deri, Deni, Kiki, dan gue, Mama mengeluh sakit. "Sakit yang mana, Ma?". Mama menjawab, "Perut" dan kemudian tidur lagi. Mama juga pernah bilang, "Kalau Mama mati gimana ya". Mungkin sudah merasa enggak kuat lagi kali ya. 


Hari Kamis, 21 Maret 2012, pagi-pagi Aa Deri SMS. Saat itu Aa Deri lagi jaga malam. Katanya, buruan ke rumah sakit. Mama koma, takut pada enggak bisa nyaksiin. Setelah sampai rumah sakit, bener aja. Mama sudah enggak bisa diajak ngobrol. Rasanya itu kayak ketinggalan kereta ke Amerika. Menyesal banget.


Ini Mama saat sudah tidak sadarkan diri.


Karena nafas sudah agak susah. Mama dibantu oksigen. Saudara berdatangan. Mengajak Mama ngobrol di telinga Mama. Gue dan Aa gue lainnya juga disuruh untuk mengajak ngobrol Mama. Meminta Mama untuk  "Pergi saja, Ma. Kami ikhlas." Katanya, kasian Mama kalau terus koma. Lebih baik, ikhlaskan saja. Terkadang, dari mata Mama suka berlinang air mata. Berarti Mama tahu ya teman dan saudaranya datang menjenguk.


Mama masih koma



Awalnya, enggak pernah terpikirkan untuk ditinggal Mama. Gue yakin, Mama sakit dan akan sembuh seperti sebelumnya. Tapi melihat Mama yang nafasnya sudah terengap-engap dan mengingat Mama yang sudah lelah bekerja. Lebih baik mengikhlaskan, Mama pergi beristirahat. Gue selalu membisikkan kepada Mama, "Ma, Ade ikhlas kalau Mama pergi. Mama pergi aja istirahat. Terima kasih untuk semua yang Mama berikan untuk kami."



Kamis, Jum'at dan Sabtu koma. Pada Minggu paginya, gue dan Kiki giliran jaga Mama. Biasanya mata Mama ke bawah, saat itu mata Mama terus ke atas ke arah TV. Gue kira Mama sedang menonton TV. Enggak lama kemudian setelah sarapan, mata Mama melotot dan napasnya pendek. Kemudian gue lari nyari dokter dan Kiki membisikan kalimat Syahadat ke telinga Mama. Nyari dokter enggak ketemu karena itu jam makan siang kali ya. Akhirnya, gue dan Kiki menyaksikan nafas terakhir Mama.



Mama wafat pada Minggu, 25 Maret 2012  sekitar pukul 12:30 WIB


Innalillahi Wainnalillahi Rojiun. Selamat jalan Mama terkasih. Selamat tidur panjang. Semoga amal ibadah dan kebaikan Mama terhadap orang tua, suami, anak-anak dan sanak saudara menyelamatkan Mama untuk mendapatkan tempat yang indah dan nyaman di sisi Allah. Terima kasih telah menjadi Ibu yang terbaik di dunia. Terima kasih telah menanamkan nilai-nilai kehidupan yang sangat berharga. Terima kasih atas perjuangan Mama membesarkan kami. Terima kasih telah ada menemani kami hingga dewasa dan Mama akan selalu ada di dalam hati kami, hingga kami menyusul Mama. Selamat jalan, Pahlawanku.

I love you most.



SHOE + DISCOUNT = MATAHARI

Yesterday,
after worked, me alone went to Matahari Department Store at Kramat Jati Indah. Awalnya mau buat sepatu custom di deket rumah. Liat-liat model sepatu di internet. Kok lama-lama jadi kepingin buat beli aja. Kalau custom sepatu yang biasa kayak flat shoe, mending beli sih. Kalau model sepatu yang unik baru deh custom.

Kemudian,
make decision to "beli aja deh", "sekarang". Ya niatnya mau beli yang diskonan tentunya, seperti biasanya. Ternyata buy 1 get 1-nya udah enggak ada. Tapi, gue enggak patah arang, gue terus muter. Liat tulisan berwarna merah bertanda diskon. Akhirnya setelah satu jam muter-muter dan memilih lima sepatu, akhirnya gue memutuskan untuk membeli tiga sepatu yang semuanya berdiskon. Here there are...



Flat shoe ber-merk Nevada ini harga awalnya Rp 139.900,- dan diskon 50% jadi harganya sekitar Rp 70.000,-





Sandals ber-merk Nevada ini harga awalnya Rp 100.000,- dan diskon 75% jadi harganya Rp 25.000,- Ini sandal tinggal satu, makanya murah banget.




Wedges flat ber-merk Fladeo ini harga awalnya Rp 299.000,- kemudian tanpa didiskon harganya jadi Rp 79.000,- Pada awal keluarnya sepatu ini, gue mau beli tapi harganya mahal dan hanya diskon 30% Memang berjodoh setelah nunggu tiga bulan, akhirnya sepatu ini didiskon juga. Ya meski warnanya tinggal warna hitam dan putih. Kenapa lebih milih wana putih? Ya karena warna hitam tingga satu nomor yaitu, 37 dan kaki gue 39. Putih juga gapapa.



Saturday, March 9, 2013

My Big Wish to God

My Allah,
Please listen to me. Aku sangat sangat sangat sangat sangat ingin sekali melanjutkan kuliah lagi. SANGAT. There are two ways to get there, the first way is get a scholarship and the second way is take a postgraduate with my money.

First way. Scholarship, hambatannya adalah syaratnya susah sekali. Mulai dari TOEFL sampai essay. Sebenernya banyak banget beasiswa kuliah di luar negeri. Tapi ya begitu, syaratnya juga WAW banget. Selalu terhalang TOEFL. Sekarang mulai belajar lagi sih nih. Mulai latihan soal-soal bahasa Inggris. Semoga bisa mencapai setidaknya 500. Keajaiban banget. Kakak gw aja yang bahasa Inggrisnya jauh di atas gw, TOEFLnya 500. But nothing is immpossible if you fight for it sih.

Second way. Biaya kuliah magister di universitas negeri di  Indonesia itu berkisar 6-10 juta per semester dan biaya masuknya sekitar 10 jutaan. Itu berarti gaji gue kerja harus berkisar 3-4 juta. Kerja dimana agar dapat gaji segitu? Tapi dari sekarang sudah harus mulai nabung sih. Biaya pendaftarannya aja lima ratus ribu.

Pendidikan itu memang mahal ya. Ada sih universitas yang biaya kuliah magisternya cuma 2 juta. Ya harga kan jarang bohong ya. What you give that's you take. Kenapa harus kuliah lagi? Entah, gatel banget rasanya kalau hidup hanya dipenuhi dengan kerja, kerja, kerja doang.


Please, Allah. Accede my wish yes?

Friday, March 1, 2013