Saturday, March 16, 2013

ONE YEAR - MAMA

Untuk mengenang satu tahun kepergian Mama. Gue ingin mengenang, masa-masa Mama sebelum meninggal. Belum sempat gue post di blog, karena waktu itu sibuk ngurusin pemakaman dan pengajian Mama.




Awalnya,
Mama memang sudah lama mengidap penyakit Diabetes. Kira-kira sudah tujuh tahunan sebelum Mama meninggal. Awalnya, Mama adalah wanita yang gemuk.

Ini Mama dan gue. Saat itu Mama berusia sekitar 35 tahun dan gue 5 tahun.


Saat gue SMP, kira-kira tahun 2005-an, Mama mulai merasa ada gejala Diabetes, yaitu gampang  mengantuk. Awalnya kan memang dikira Mama kecapean. Kemudian Mama mengecek gula darahnya. Ternyata gula darah Mama di atas rata-rata. Saat itu, Mama jadi sering sakit. Mungkin karena kecapean juga. Lama kelamaan Mama mengurus. Berat badannya turun. Biasanya selain Diabetes, ada penyakit lain yang mengikuti, liver, jantung dan lainnya. Karena Mama perokok aktif, Paru-paru Mama yang terkena.

Enggak hanya sakit, sejak diperiksa kalau Mama terkena Diabetes. Mama jadi sering dirawat di rumah sakit. Terhitung sudah empat kali Mama dirawat. Tapi, setiap masuk rumah sakit, keluhan awalnya adalah Mama enggak bisa makan karena pencernaannya sakit. Jadi, badan Mama makin lemas. Kemudian menggigil dan harus di-opname.

Beberapa kali dirawat, memang enggak ngebuat Mama memantang makanan manis. Kesukaannya Es Doger. Mama suka banget ngemil. Akhirnya lama-kelamaan Mama kurusan.


Ini Mama dan gue awal tahun 2009


Selain sudah tua, Mama kurusan karena Diabetes. Alhamdulillahnya adalah Diabetes Mama adalah Diabetes kering. Jadi, efeknya adalah Mama jadi kurus. Kalau Diabetes basah, kalau luka susah untuk disembuhkan. Selain mengurus dan terus mengurus, Mama semakin enggak bisa buat menahan pipis. Kira-kira 5 jam sekali pipis. Jadi, kalau perjalanan jauh, agak ribet. Selain itu juga, Mama lemeeeeees banget. Diajak ngobrol juga udah enggak antusias.


Ini Mama dan gue pada tahun 2011


Pada tahun 2011 akhir, gue memutuskan untuk ngekos di Depok karena saat itu gue sudah mau nyusun skripsi dan sambil kerja juga. Jadi, gue pikir, gue harus konsentrasi di dua hal tersebut. Pulang seminggu sekali. Jadi, agak nyesel setelah tahu kalau sebenernya itu saat-saat terakhir. Enggak banyak momen di saat terakhir jadinya. Setiap pulang ke rumah, pasti Mama lagi tiduran dan nonton TV. Sesekali keluar rumah buat ngumpet-ngumpet ngerokok. Kata tetangga sih gitu. Mama tuh emang preman banget deh. Enggak bisa dibilangin. Padahal badannya udah lemes begitu. Makanya, sekali pun gue enggak pernah nyobain rokok. Benci banget sama yang namanya rokok. Cukup Mama saja yang kecanduan.


Klimaksnya adalah, saat itu hari Senin, 19 Maret 2012. Saat gue lagi kerja, ada telepon dari Papa yang bilang kalau Mama sakit, mau dibawa ke rumah sakit. Entah kenapa. Mungkin karena jarang pulang, langsung nangis sejadi-jadinya. Langsung telpon Aa Deri. Samanya, Aa juga jadi ikutan nangis. Enggak lama kemudian, minta izin pulang buat ngeliat Mama.



Ini Mama saat di UGD. Mama lemes karena dari kemarin, Mama enggak bisa makan. Setiap makan enek terus katanya. Dibuang-buang terus. Akhirnya harus dirawat, agar bisa di-infus karena perut Mama kosong.


Seperti sebelum-sebelumnya, pasti awalnya Mama enggak bisa makan. Kemudian setelah dirawat, gula darahnya naik melejit mencapai angkat 500-an. Kemudian sempat HI, saking tingginya angka enggak keluar. Di atas 600-an. Pernah di atas 700-an. Kata dokter, Mama kuat banget.


Ini Mama saat mau diperiksa jantung dan lain-lain. Takutnya ada komplikasi, katanya. Jadi harus dicek semua.


Mama sudah kurus banget saat itu. Tinggal tulang mungkin. Kalau saja, gue bisa berbagi sedikit saja lemak di badan gue. Pasti Mama enggak kurus kayak gitu. Kemudian, keadaan memburuk. Mama memang sudah jarang bicara. Badannya lemes. Membuka mata aja sudah malas. Kalaupun bangun. Biasanya untuk muntah atau minum. Pernah saat kita semua kumpul, Aa Deri, Deni, Kiki, dan gue, Mama mengeluh sakit. "Sakit yang mana, Ma?". Mama menjawab, "Perut" dan kemudian tidur lagi. Mama juga pernah bilang, "Kalau Mama mati gimana ya". Mungkin sudah merasa enggak kuat lagi kali ya. 


Hari Kamis, 21 Maret 2012, pagi-pagi Aa Deri SMS. Saat itu Aa Deri lagi jaga malam. Katanya, buruan ke rumah sakit. Mama koma, takut pada enggak bisa nyaksiin. Setelah sampai rumah sakit, bener aja. Mama sudah enggak bisa diajak ngobrol. Rasanya itu kayak ketinggalan kereta ke Amerika. Menyesal banget.


Ini Mama saat sudah tidak sadarkan diri.


Karena nafas sudah agak susah. Mama dibantu oksigen. Saudara berdatangan. Mengajak Mama ngobrol di telinga Mama. Gue dan Aa gue lainnya juga disuruh untuk mengajak ngobrol Mama. Meminta Mama untuk  "Pergi saja, Ma. Kami ikhlas." Katanya, kasian Mama kalau terus koma. Lebih baik, ikhlaskan saja. Terkadang, dari mata Mama suka berlinang air mata. Berarti Mama tahu ya teman dan saudaranya datang menjenguk.


Mama masih koma



Awalnya, enggak pernah terpikirkan untuk ditinggal Mama. Gue yakin, Mama sakit dan akan sembuh seperti sebelumnya. Tapi melihat Mama yang nafasnya sudah terengap-engap dan mengingat Mama yang sudah lelah bekerja. Lebih baik mengikhlaskan, Mama pergi beristirahat. Gue selalu membisikkan kepada Mama, "Ma, Ade ikhlas kalau Mama pergi. Mama pergi aja istirahat. Terima kasih untuk semua yang Mama berikan untuk kami."



Kamis, Jum'at dan Sabtu koma. Pada Minggu paginya, gue dan Kiki giliran jaga Mama. Biasanya mata Mama ke bawah, saat itu mata Mama terus ke atas ke arah TV. Gue kira Mama sedang menonton TV. Enggak lama kemudian setelah sarapan, mata Mama melotot dan napasnya pendek. Kemudian gue lari nyari dokter dan Kiki membisikan kalimat Syahadat ke telinga Mama. Nyari dokter enggak ketemu karena itu jam makan siang kali ya. Akhirnya, gue dan Kiki menyaksikan nafas terakhir Mama.



Mama wafat pada Minggu, 25 Maret 2012  sekitar pukul 12:30 WIB


Innalillahi Wainnalillahi Rojiun. Selamat jalan Mama terkasih. Selamat tidur panjang. Semoga amal ibadah dan kebaikan Mama terhadap orang tua, suami, anak-anak dan sanak saudara menyelamatkan Mama untuk mendapatkan tempat yang indah dan nyaman di sisi Allah. Terima kasih telah menjadi Ibu yang terbaik di dunia. Terima kasih telah menanamkan nilai-nilai kehidupan yang sangat berharga. Terima kasih atas perjuangan Mama membesarkan kami. Terima kasih telah ada menemani kami hingga dewasa dan Mama akan selalu ada di dalam hati kami, hingga kami menyusul Mama. Selamat jalan, Pahlawanku.

I love you most.



SHOE + DISCOUNT = MATAHARI

Yesterday,
after worked, me alone went to Matahari Department Store at Kramat Jati Indah. Awalnya mau buat sepatu custom di deket rumah. Liat-liat model sepatu di internet. Kok lama-lama jadi kepingin buat beli aja. Kalau custom sepatu yang biasa kayak flat shoe, mending beli sih. Kalau model sepatu yang unik baru deh custom.

Kemudian,
make decision to "beli aja deh", "sekarang". Ya niatnya mau beli yang diskonan tentunya, seperti biasanya. Ternyata buy 1 get 1-nya udah enggak ada. Tapi, gue enggak patah arang, gue terus muter. Liat tulisan berwarna merah bertanda diskon. Akhirnya setelah satu jam muter-muter dan memilih lima sepatu, akhirnya gue memutuskan untuk membeli tiga sepatu yang semuanya berdiskon. Here there are...



Flat shoe ber-merk Nevada ini harga awalnya Rp 139.900,- dan diskon 50% jadi harganya sekitar Rp 70.000,-





Sandals ber-merk Nevada ini harga awalnya Rp 100.000,- dan diskon 75% jadi harganya Rp 25.000,- Ini sandal tinggal satu, makanya murah banget.




Wedges flat ber-merk Fladeo ini harga awalnya Rp 299.000,- kemudian tanpa didiskon harganya jadi Rp 79.000,- Pada awal keluarnya sepatu ini, gue mau beli tapi harganya mahal dan hanya diskon 30% Memang berjodoh setelah nunggu tiga bulan, akhirnya sepatu ini didiskon juga. Ya meski warnanya tinggal warna hitam dan putih. Kenapa lebih milih wana putih? Ya karena warna hitam tingga satu nomor yaitu, 37 dan kaki gue 39. Putih juga gapapa.



Saturday, March 9, 2013

My Big Wish to God

My Allah,
Please listen to me. Aku sangat sangat sangat sangat sangat ingin sekali melanjutkan kuliah lagi. SANGAT. There are two ways to get there, the first way is get a scholarship and the second way is take a postgraduate with my money.

First way. Scholarship, hambatannya adalah syaratnya susah sekali. Mulai dari TOEFL sampai essay. Sebenernya banyak banget beasiswa kuliah di luar negeri. Tapi ya begitu, syaratnya juga WAW banget. Selalu terhalang TOEFL. Sekarang mulai belajar lagi sih nih. Mulai latihan soal-soal bahasa Inggris. Semoga bisa mencapai setidaknya 500. Keajaiban banget. Kakak gw aja yang bahasa Inggrisnya jauh di atas gw, TOEFLnya 500. But nothing is immpossible if you fight for it sih.

Second way. Biaya kuliah magister di universitas negeri di  Indonesia itu berkisar 6-10 juta per semester dan biaya masuknya sekitar 10 jutaan. Itu berarti gaji gue kerja harus berkisar 3-4 juta. Kerja dimana agar dapat gaji segitu? Tapi dari sekarang sudah harus mulai nabung sih. Biaya pendaftarannya aja lima ratus ribu.

Pendidikan itu memang mahal ya. Ada sih universitas yang biaya kuliah magisternya cuma 2 juta. Ya harga kan jarang bohong ya. What you give that's you take. Kenapa harus kuliah lagi? Entah, gatel banget rasanya kalau hidup hanya dipenuhi dengan kerja, kerja, kerja doang.


Please, Allah. Accede my wish yes?

Friday, March 1, 2013