Thursday, March 19, 2015

Heart Break

How to start?

...

Gue pengen menulis semua yang gue rasakan sekarang di blog ini tapi takut seminggu, sebulan, setahun kemudian pas baca lagi, gue malu. Gue pengen cerita semua yang gue rasakan sekarang ke seseorang, tapi gue takut orang yang denger bosen atau mau muntah.

Setiap orang punya masalah. Gue juga menikmati setiap masalah yang datang dan menjadikannya pelajaran hidup. Meskipun terkadang sering lupa apa yang membuat gue sedih dan begitu terpuruk di waktu-waktu sebelumnya.

Gue kira di dunia ini gue enggak sendirian. Gue kira dengan punya pacar, gue bisa membagi masalah gue dengan dia. Atau gue punya tempat untuk berkeluh kesah. Gue salah. Pacar gue pun manusia. Dia punya masalah sendiri, punya urusan sendiri, punya dunia sendiri.

Gue memaklumi hal tersebut, ya terkadang suka ngambek juga. Entah kenapa hari ini begitu meledak. I feel so tired being ignore and careless. Kalau hanya tidak saling berkomunikasi satu, dua, tiga hari, atau satu minggu itu sudah biasa.

Tapi..

Beberapa hari lalu, gue mengepost di PATH mengenai spion gue yang pecah akibat ada yang menyalip dan menabrak spion. Entah ini gue yang lebay atau bagaimana, pacar gue hanya seen saja. No comment, no BBM, no SMS. day 1. "Mungkin dia belum lihat PATH kali ya". day 2 when we met, gue penasaran, dia sudah lihat PATH belum sih, and how shocked i am, dia sudah seen  dan tidak ada kata terlontar yang mewakilkan rasa perhatiannya kepada gue, pacarnya, pacarnya selama 7 tahun lebih ini.

Kalau selama ini, gue ngepost, update status tentang apapun tidak dikomen, it's okaylah. Hm. Apa ya, honestly, gue juga butuh diperhatiin. Apakah dia sulit mengerti itu?

Ini bukan pertama kalinya, "kecelakaan" kecil di motor gue alami. Sebelumnya pernah juga spion gue pecah, dulu lebih parah, keserempet mobil. Alhamdulillah Allah selalu melindungi. Saat itu, sangat merasa kaget dan sedih. Gue menceritakannya ke pacar gue dan reaksinya adalah "Sayang banget spionnya". Seketika gue meledak. Kenapa spionnya? Bagaimana dengan gue? Gue marah. Kemudian dengan janji-janji palsu dia bilang ini terakhir kalinya dia cuek.

AND WHAT? He did it again. Many times.

I do love him. So much. Tidakkah wajar kalau gue menuntut perhatian?

Ya terserahlah, saat pacaran mau kayak gimana. Belum ada ikatan, hanya hati saja yang sakit kalau berpisah. Tapi saat memutuskan untuk menikah tapi masih seperti itu. Selain hati yang sakit, keluarga, Agama, belum lagi kalau sudah punya anak.

Apakah gue harus menerima kekurangnnya?

Apakah gue kuat selamanya diginiin?

Apakah ini adil?

Apakah memang seperti itu kalau menikah? Menerima kekurangan? Tapi masalahnya gue sudah tahu kekurangannya dan gue diem aja gitu?

So tiring.

Ya Allah, Engkau Maha Mengetahui. Aku tidak pernah meminta pasangan yang kaya dan tampan. Hanya kepadaMu Aku memohon. Berikanlah yang terbaik menurutMu. Itu saja.