Agak berat ya kalo ngomongin hutang. Tapi, akhir-akhir ini "hutang" itu lagi happening di hidup gue. Lagi mundar-mandir di pikiran gue. Ada sahabat gue, bernama Asih, yang sangat mementingkan hutang. Dia selalu berkata "Aku punya hutang enggak ke kamu? Tolong diingetin ya kalau ada". Dia concern banget masalah hutang. Gue mengerti mengapa dia begitu concern akan hal tersebut.
Gue sering melihat di televisi atau lini masa di twitter yang bilang kalau hutang itu akan ditanyakan di akhirat nanti. Agak ngeri ya. Ngeri banget lebih pastinya. Pahala enggak seberapa, dikurangin lagi sama hutang di dunia. Sebisa mungkin gue menghindari hutang. Ya. Sebisa mungkin.
Selama gue hidup, gue punya hutang yang masih gue ingat sampe sekarang. Hutang ke Mama dan ke Aa Deri. Hutang ke Mama waktu itu buat nambahin biaya kuliah, gue bilang "Nanti Ade ganti, Mah". Nominalnya Rp 150.000,- dan saat uang Rp 150.000,- nya sudah ada, uangnya malah gue beliin Magic Com buat di kosan. Kalau ke Aa Deri, waktu Aa Deri ngasih total modal Rp 800.000,- buat jualan pulsa dan uang+untungnya sudah habis buat jajan kuliah. Hehehe
Hutang-hutang lainnya, yang sering ya beli pulsa ke tetangga, bayarnya seketemunya atau sekalian banyak. Jadi kalau beli pulsa lima ribu terus bayar, terus besoknya beli lagi kan beberapa kali balik tuh. Jadi kalo totalnya sudah tiga puluh ribuan baru bayar. Enggak bagus juga ya sebenarnya. Kasian yang jual pulsa. Sebagai mantan penjual pulsa, gue taulah rasanya dihutangin. Hehehe
Belakangan, gue punya temen yang dua kali minjem, eh ini minjem bukan ya namanya kalau "pake uang lo dulu ya" saat bareng beli apaaaaa gitu. Tapi dia lupa bayar. Iya. Lupa. Dan gue enggak enak menagihnya. Nominalnya sih enggak seberapa. Karena itu sih. Makanya, gue mengikhlaskannya. Terus kalau ikhlas kenapa diomongin? Bukan itu. That's not the point. Gue ingin me-share aja.
Kenapa tidak gue katakan atau menagihnya langsung? Sepengetahuan gue, ini orang sensitive. Mending gue mundur dan "CUKUP TAHU" tidak perlu tempe. Kenapa ya bisa lupa kalau pernah minjem duit orang? Kalau gue selalu terbayang-bayang kalau abis minjem duit orang. "Gue punya utang. utang. utang. utang." Setiap orang berbeda. Mungkin dia belum tahu kalau di Islam, hutang itu akan dipertanyakan di akhirat.
Ada kisah lucu tentang hutang. Bulan lalu, ada tetangga yang pinjam uang ke gue. Kebetulan gue ada uang tabungan yang sesuai dengan nominal yang dia butuhkan. Gue hanya berniat membantu karena gue sudah menganggap tetangga ini sebagai saudara. Untuk merayu gue, dia mengatakan "Nanti pas balikin, aku kasih tambahan deh buat Lia beli baju". Gue tidak menanggapinya, tapi dalam hati gue berkata "Beli baju? Ya lumayan dong 100rb atau 200rb" tapi gue kemudian menghilangkan lamunan itu karena takut ngarep. Alhamdulillahnya, dia mengembalikan tetap waktu, malah lebih awal dari yang dijanjikan. Tapi agak manyun saat uang tambahannya hanya 50rb, katanya, "uang 50rb-nya buat beli bakso". Hehehe tuh kan. Ya pokoknya tuh kan aja deh.
Iya. Saat butuh. Memang janji-janji indah terucap begitu saja. Gue maklum akan hal itu. Sama halnya dengan kejadian awal bulan ini. Ada seseorang, yang meminjam uang sekian dan akan dibayar satu minggu kemudian. Indah kan janjinya? "Iya, cuma seminggu ini minjemnya. Gapapalah. Kasian kayaknya butuh banget" Gue terus meyakinkan diri gue. Dan satu minggu kemudian gue tagih, malah diundur satu bulan peminjamannya. Alasannya "Uangnya kepake bayar mobil. Pas gajian aja ya bayarnya". Gampang banget ya bilang begitu. Dia gak mikir, gue perlu uang itu atau enggak, karena kan gue memberi pinjaman karena janjinya cuma satu minggu. Dengan kalem gue menjawab "Yaudah, gapapa tapi nanti kalau ada perlu, enggak bakal gue percaya lagi".
Tadinya gue mau beli tab pake uang itu. Yaudah deh, mungkin belum saatnya gue beli tab. Sabar aja.
THE POINT IS ngutang boleh. Boleh banget. Tapi harus bayar.
Note: Kalau gue punya hutang dan belum bayar, tolong tagih ya :))
No comments:
Post a Comment