Tuesday, September 17, 2013

Papa's Marriage


Monday, August 12th 2013



After one year five months Mama left us, finally Papa (53 years old) decided to getting married again. With woman 39 years old that lived in Pelabuhan Ratu, Papa's hometown. If you ask me "what's your opinion?", I will answer "I really agree". Awalnya sih, sama sekali enggak setuju "Ngapain sih udah tua masih mau nikah aja" atau "anak-anaknya aja masih banyak yang belum nikah, ini lagi Papa mau melangkahi".

Namun, setelah lihat Papa yang agak "goyang" tanpa pendamping, gue langsung "It's better than he lives alone". Sebenernya sih enggak sendiri-sendiri amat ya. Papa tinggal bareng gue, Kiki dan Aa Deri kadang pulang di weekend. Ya tapi gitu deh, gue dan Kiki kerja, sampai rumah jam 7-an malam.  Karena lelah kerja, jadinya di rumah hanya makan dan tidur.  Jarang tuh ngobrol sama Papa.  Padahal kan Papa pasti kesepian. Akhirnya berujung Papa main sama temen-temennya. And the impact was negative.  I can't explain, how negative is it.

Papa dijodohkan oleh adiknya di Pelabuhan Ratu, with a woman (widow with one daughter (married)). I called her "Ibu", Ibu Naryati. She's nice, tender, dilligent. She always serving Papa patiently, making Papa a cup of coffee, like Mama do. But, Mama is more beautiful than her. Mama is better in all sides than her. Mama is the best mother I ever had, the best wife of Papa had, the best parent in my life.

How ever, I really thanks to Ibu Naryati for her love to taking care Papa. Thanks to her goodness to us.

No comments:

Post a Comment