Akhir-akhir ini gue sedang excited mempersiapkan "my future wedding". Kenapa Future Wedding? Hm ya karena belum tahu kapan pastinya hari itu akan berlangsung, jadi masih angan-angan. Tapi dengan kesatuan tekad, semoga Allah mengizinkan juga, gue mau Future Wedding itu terjadi tahun depan. Akhir tahun depan setidaknya.
Sampai sekarang belum tahu siapa calonnya. Belum ada yang melamar. Semoga Allah segera mengirimkan jodoh untukku. Entah mengapa, persiapan gue lebih kepada persiapan untuk gue sendiri. Mau pakai gaun seperti apa, di gedung apa, cateringnya bagaimana, seserahan apa aja yang gue mau, dll.
I have a you can say, boyfie. But. He's not interesting in this I thought. Bodo amatlah. Gue enggak mau pusing. Pokoknya dengan dia atau bukan, gue mau menikah tahun depan. Gue sudah lelah tidak diperhatikan. Gue menikah bukan untuk disayangi semata. Gue ingin menikah untuk ibadah. Memiliki anak. Membesarkan anak. Cukup Allah. Cukup Allah yang mencukupi rasa sayang di dalam diri, gue sudah merasa disayangi Allah. Cukup Allah yang mencukupi segala kebutuhan gue. Cukup Allah.
Pacar. Suami. Anak. Orang tua. Semua hanya titipan. Semua milik Allah.
Aku hanya, terima kasih Allah telah selalu bersamaku dalam susah dan senang. Terima kasih selalu melindungiku saat Aku terancam. Terima kasih selalu merawatki saat Aku sakit. Terima kasih selalu menyayangiku. Terima kasih telah memenuhi semua kebutuhanku. Itu sudah lebih dari cukup.
Jika gue menggantungkan diri, berharap pada manusia. Kekecewaan yang akan didapat. Manusia tidak sempurna. Manusia punya nafsu. Manusia bisa berubah kapan saja. Manusia memiliki peluang besar untuk menyakiti satu sama lain. Tapi, jika menggantungkan diri dan berharap pada Allah, maka kebahagiaan yang akan didapat. Aku menaruh seluruh harapanku padaMu, ya Allah.
No comments:
Post a Comment