I went to this restaurant at Atrium, Senen.
Tergiur dengan "all-you-can-eat" yang tertera di promo yang ada di Lakupon.com gue pun akhirnya membeli kupon tersebut seharga Rp 98.000,- for two person. It's like buy 1 get 1, gitulah. Dasar Ibu-ibu (Eh, belum jadi Ibu, calon Ibu nantinya hehehe.) And sorry for Putra, yang telah berhasil gue racuni untuk juga membali kupon ini. So sorry for not recommended restaurant, actually.
My transaction for Suka Suki |
AND
My opinion for this restaurant is "VERY BAD"
How can I explain my disappointment about this restaurant is with quotes, bold, underline, and enlarge it.
How bad?
Very bad.
1. Place. Tempatnya sangat dibuat tidak nyaman, hanya berada di koridor yang bisa dilalui orang-orang yang sedang berjalan melihat-lihat mall.
2. Menu. Makanan yang "all-you-can-eat" sangat tidak variatif. Bisa dibilang, kemaren itu gue cuma makan segala jenis siomay dan teman-temannya. Ada juga sih, bihun, kwetiau, jamur, tapi itu cuma sedikit (maksudnya sedikit adalah cuma ada satu atau dua kotak yang disediakan) dan kemudian habis. Padahal..
HABIS?
"Mohon maaf ya, Mba har ini ice cream-nya sedang habis. Mau dipakai kuponnya hari ini?"
WHAT THE HELL. How come? "Setiap hari memang enggak ada ya?"
"Weekdays ada, kalau hari Minggu suplier-nya tidak mau mengantarkan, padahal kami sudah minta."
HEY! YOU THOUGHT THAT WITH WHO YOU TALKING TO? A BABY? Mana ada, orang atau perusahaan atau restauran yang memesan makanan atau apalah ke sebuah perusahaan like Walls, kemudian perusahaan tersebut enggak mau nganter di hari Minggu, ya bisa aja sih, itu pun kalau enggak dibayar alasannya juga. Not logic! "OOOOOH!"
Mending jangan ditulis ice cream all-you-can-eat deh di daftar menu kalau enggak bisa menyediakannya. Strategi bisnis kok membohongi konsumen sih?
And another weird moment are
Sejak awal datang, gue sudah mengeluhkan tentang saus cabe yang tinggal sedikit tapi gue tidak memberi tahu pelayan, gue pikir masih bisa diambil pelan-pelan. Kemudian pada satu saat, sausnya benar-benar habis dan gue memberitahukan kepada pelayan dong, and you know what the respond?
"Maaf Mba, sausnya habis." dengan muka takut-takut.
I knew, bukan pelayannya yang salah, tapi memang konsep restauran ini yang memang tidak pro ke konsumen, all-you-can-eat apa? "HAH? HABIS? KOK BISA HABIS SIH? ANEH?!" gue sudah tidak bisa lagi mentoleransi keabstrakan ini. Rrrrrrrr.
GAK NGERTI LAGI GUE CUY!
Kalau pada gambar di atas, lemari es or what ever itu berisi boks yang berwarna hijau, merah dan putih itu banyak, kalau pengalaman gue kemarin, lemari esnya sih ada dua, tapi yang diisi cuma satu lemari es dan itu pun boks-boksnya itu cuma dikit, ya berkisar antara 10-20 boks saja. Sangat terjangkau sekali untuk ukuran all-you-can-eat ya. Applause!
Kalau gambar di atas, bakso, siomay dan lainnya bentuknya utuh. Sepengalaman gue kemarin, semuanya dipotong kecil-kecil. Ya bagus sih, jadi enggak perlu motong lagi pakai sendok langsung dilahap. Irisan dagingnya tipiiiiiiiiiiis banget, gue penasaran.. motong, eh ngirisnya pake apa. Jamurnya habis, jenis sayuran cuma dua.
Ada dua menu yang disajikan langsung dari pelayannya, pangsit dan daging, jadi kalau habis, minta ke pelayannya langsung. Ada dua jenis kuah, tomyam dan kaldu. Tomyam sangat aneh rasanya, gue pakai untuk masak daging aja, kalau yang kaldu sangat enyaaaaaaak apalagi ditambah bawang putih.
Harga all-you-can-eat di atas belum termasuk minuman, harga minuman berkisar antara Rp 7.000,- sampai dengan Rp 20.000,- an. Kemarin sih, gue belinya Es teh manis RP 8.000,- dan Es teh tawar RP 7.000,-
3. Services. Biasa-biasa aja. Sebenernya sih, pelayannya tidak seburuk pelayan Solaria, tapi mungkin karena sudah kesel sama restaurannya, ya otomatis berpengaruh juga ke penilaian pelayannya, jadi kesel ke pelayannya juga. Padahal kan yang harusnya disalahkan konsep restaurannya. Pelayannya lumayan ramah, bisa dibilang ramah mungkin, tapi fake gitu, karena takut-takut menghadapi customer yang marah karena konsep restaurannya.
Gue tahu, gue pakai kupon promo untuk makan di sini, tapi coba deh kembali ke konsep awal, untuk apa sih promo ini diadakan? Untuk menarik minat masyarakat mengunjungi Suka Suki kan? Kalau customer diperlakukan kayak gue, seperti itu, siapa lagi yang mau balik? Apalagi pas promonya sudah enggak ada. Memangnya, maunya rame pas ada promo aja? You must learning, Suka Suki! Enggak gitu caranya berbisnis, enggak akan sukses deh.
Coba kita lihat Hanamasa. Mahal kan? Tapi banyak orang yang kembali lagi. Kenapa? Ya karena walaupun mahal sedikit tapi enggak nyesel. Gue pernah makan di Hanamasa, sangat jauh berbeda sekali sama Suka Suki. Hanamasa Rp 130.000,- / orang tapi puas banget. Daging segede apaan tau, makanan melimpah, Yakiniku atau Shabu-shabu ada, makanan penutup banyak, es banyak, buah-buahan, sayur-sayuran. Ah, pokoknya sangat jauh banget.
Think smart.
Gue tidak tahu ya, bagaimana treatment Suka Suki kepada customer yang bukan menggunakan "kupon promo", mungkin tidak seperti yang gue alami.
Well, those are my experience.
My opinion for this restaurant is "VERY BAD"
How can I explain my disappointment about this restaurant is with quotes, bold, underline, and enlarge it.
How bad?
Very bad.
1. Place. Tempatnya sangat dibuat tidak nyaman, hanya berada di koridor yang bisa dilalui orang-orang yang sedang berjalan melihat-lihat mall.
this picture is from google |
this picture is from google |
2. Menu. Makanan yang "all-you-can-eat" sangat tidak variatif. Bisa dibilang, kemaren itu gue cuma makan segala jenis siomay dan teman-temannya. Ada juga sih, bihun, kwetiau, jamur, tapi itu cuma sedikit (maksudnya sedikit adalah cuma ada satu atau dua kotak yang disediakan) dan kemudian habis. Padahal..
Dalam paket tertera ice cream, tapi katanya, habis.. bis.. bis.. |
HABIS?
"Mohon maaf ya, Mba har ini ice cream-nya sedang habis. Mau dipakai kuponnya hari ini?"
WHAT THE HELL. How come? "Setiap hari memang enggak ada ya?"
"Weekdays ada, kalau hari Minggu suplier-nya tidak mau mengantarkan, padahal kami sudah minta."
HEY! YOU THOUGHT THAT WITH WHO YOU TALKING TO? A BABY? Mana ada, orang atau perusahaan atau restauran yang memesan makanan atau apalah ke sebuah perusahaan like Walls, kemudian perusahaan tersebut enggak mau nganter di hari Minggu, ya bisa aja sih, itu pun kalau enggak dibayar alasannya juga. Not logic! "OOOOOH!"
Mending jangan ditulis ice cream all-you-can-eat deh di daftar menu kalau enggak bisa menyediakannya. Strategi bisnis kok membohongi konsumen sih?
And another weird moment are
Sejak awal datang, gue sudah mengeluhkan tentang saus cabe yang tinggal sedikit tapi gue tidak memberi tahu pelayan, gue pikir masih bisa diambil pelan-pelan. Kemudian pada satu saat, sausnya benar-benar habis dan gue memberitahukan kepada pelayan dong, and you know what the respond?
"Maaf Mba, sausnya habis." dengan muka takut-takut.
I knew, bukan pelayannya yang salah, tapi memang konsep restauran ini yang memang tidak pro ke konsumen, all-you-can-eat apa? "HAH? HABIS? KOK BISA HABIS SIH? ANEH?!" gue sudah tidak bisa lagi mentoleransi keabstrakan ini. Rrrrrrrr.
GAK NGERTI LAGI GUE CUY!
this picture is from google |
Kalau pada gambar di atas, lemari es or what ever itu berisi boks yang berwarna hijau, merah dan putih itu banyak, kalau pengalaman gue kemarin, lemari esnya sih ada dua, tapi yang diisi cuma satu lemari es dan itu pun boks-boksnya itu cuma dikit, ya berkisar antara 10-20 boks saja. Sangat terjangkau sekali untuk ukuran all-you-can-eat ya. Applause!
this picture is from google |
Kalau gambar di atas, bakso, siomay dan lainnya bentuknya utuh. Sepengalaman gue kemarin, semuanya dipotong kecil-kecil. Ya bagus sih, jadi enggak perlu motong lagi pakai sendok langsung dilahap. Irisan dagingnya tipiiiiiiiiiiis banget, gue penasaran.. motong, eh ngirisnya pake apa. Jamurnya habis, jenis sayuran cuma dua.
Kalau di gambar ini kan utuh satu bakso, kalau kemarin tuh satu bakso dibagi dua dan dalam satu boks cuma ada empat potong bakso yang sudah dipotong-potong. |
Ada dua menu yang disajikan langsung dari pelayannya, pangsit dan daging, jadi kalau habis, minta ke pelayannya langsung. Ada dua jenis kuah, tomyam dan kaldu. Tomyam sangat aneh rasanya, gue pakai untuk masak daging aja, kalau yang kaldu sangat enyaaaaaaak apalagi ditambah bawang putih.
Harga all-you-can-eat di atas belum termasuk minuman, harga minuman berkisar antara Rp 7.000,- sampai dengan Rp 20.000,- an. Kemarin sih, gue belinya Es teh manis RP 8.000,- dan Es teh tawar RP 7.000,-
3. Services. Biasa-biasa aja. Sebenernya sih, pelayannya tidak seburuk pelayan Solaria, tapi mungkin karena sudah kesel sama restaurannya, ya otomatis berpengaruh juga ke penilaian pelayannya, jadi kesel ke pelayannya juga. Padahal kan yang harusnya disalahkan konsep restaurannya. Pelayannya lumayan ramah, bisa dibilang ramah mungkin, tapi fake gitu, karena takut-takut menghadapi customer yang marah karena konsep restaurannya.
Gue tahu, gue pakai kupon promo untuk makan di sini, tapi coba deh kembali ke konsep awal, untuk apa sih promo ini diadakan? Untuk menarik minat masyarakat mengunjungi Suka Suki kan? Kalau customer diperlakukan kayak gue, seperti itu, siapa lagi yang mau balik? Apalagi pas promonya sudah enggak ada. Memangnya, maunya rame pas ada promo aja? You must learning, Suka Suki! Enggak gitu caranya berbisnis, enggak akan sukses deh.
Coba kita lihat Hanamasa. Mahal kan? Tapi banyak orang yang kembali lagi. Kenapa? Ya karena walaupun mahal sedikit tapi enggak nyesel. Gue pernah makan di Hanamasa, sangat jauh berbeda sekali sama Suka Suki. Hanamasa Rp 130.000,- / orang tapi puas banget. Daging segede apaan tau, makanan melimpah, Yakiniku atau Shabu-shabu ada, makanan penutup banyak, es banyak, buah-buahan, sayur-sayuran. Ah, pokoknya sangat jauh banget.
Think smart.
Gue tidak tahu ya, bagaimana treatment Suka Suki kepada customer yang bukan menggunakan "kupon promo", mungkin tidak seperti yang gue alami.
Well, those are my experience.