KELUARGA. It’s really really meant to me. Gue terlalu sensitif sampai akhirnya mengungkapkan sesuatu hal yang menurut gue special akhir-akhir ini. Gue terharu. Gue bahagia. Seiring berjalannya waktu, gue dan kakak-kakak gue yang super ganteng semua terpisah oleh keadaan. Nggak semua sih. Terpisah oleh jarak dan waktu. Kita tidak lagi satu rumah. Gue terkadang merasa autis di rumah sendirian nonton tv di kamar belakang. Nggak seperti dulu rebutan remote tv, siapa yang megang remote dialah yang berkuasa akan tv tersebut. palingan sekarang rebut sama Kiki doang kalau dia mau main PS.
Kakak gue yang kedua, yaitu Deni sudah memutuskan tinggal di kosan dekat tempat kerjanya di Cibubur. Kakak gue yang pertama, Deri belum lama ini juga ngekos dan lalu lalang mencari masa depannya. Jadi, di rumah gue hanya berempat, gue, Dicky (Kiki), Mama dan Papa. Walaupun berempat jumlahnya banyak juga, tapi menurut gue ini SEPI banget. Biasanya ketika gue masih SMA dulu, setiap malam semua, kita berenam ngumpul di depan tv ngobrol bareng, nonton tv bareng, makan bareng, ketawa bareng, ngebahas sesuatu tentang keluarga, curhat-curhat, tapi sekarang nggak lagi. Kakak gue yang ketiga yaitu Kiki juga pulang kerja langsung ke Warnet, jadi pulang langsung tidur dan paginya berangkat kerja lagi, jadi serasa bertiga gue, Mama dan Papa.
Akhir-akhir ini, gue mulai merasa betapa jarak itu menimbulkan suatu rasa berbeda. Rasa dimana yang nggak gue rasain sebelumnya, rasa dimana gue mengenang kenangan saat berkumpul bersama, rasa dimana gue akan mengatakan “that’s my brother”, rasa dimana gue memiliki rasa sayang terhadap cowok tapi ini lain berbeda dengan rasa kepada gebetan-gebetan, rasa dimana saat mereka jauh gue akan sms dengan rasa penuh peduli dan khawatir, rasa dimana hati gue seperti ada yang menekan dan air mata memaksa keluar, rasa dimana tenang dengan senyuman di pipi.
Deni, kakak yang tidak ter-dekat sama sekali sama gue karena memang dia jarang ngomong di rumah, kakak yang sukanya nongkrong sama temen-temennya terus, kakak gue yang paling ganteng, kakak yang tercuek yang pernah ada, kakak yang memanggil gue dengan “Eneng” suatu ketika meng-sms gue “de, isiin gue pulsa.” ADEK? Ini sangat amat jarang terjadi. Entah karena dia salah mengetik sms, atau gue salah baca, atau entah kenapa dia memanggil gue dengan “DE”. Biasanya yang manggi gue dengan ADEK itu hanya kakak gue yang pertama. Dan barusan tadi 21 maret 2011 Deni meng-sms gue
“lagi di rumah nggak?”
“lagi di kampus”
“mama ada di rumah kan?”
“iya ada. Pulanglah kau, sudah lama kau tak pulang”
“minggu kemaren gue pulang”
Kemudian satu jam kemudian dia sms lagi,
“nanti pulang kuliah jangan makan di jalan. Gue mau ke rumah bawa makanan.”
“asiiiiiiik”
Dan benar. Ketika gue pulang kerumah, Deni belum sampe rumah terus gue tidur menunggunya. Gue dibangunkan ketika dia sampai. Dan udah ada KFC dalam porsi besar. Gue nggak tau porsinya apa tapi kalo kata Mama “SE-EMBER” lucu banget. Mungkin dia memang lagi ada rezeki lebih. Walaupun nggak ada A Deri saat itu tapi setidaknya kita sudah makan bareng lagi setelah sekian lama.
A Deri lagi di Purwokerto, mau ke Denpasar, mau interview katanya. Gue juga nggak ngerti kenapa dia jauh-jauh segala nyari kerjanya. Gue amat sangat bangga punya kakak laki-laki terpintar seperti dia. Dari dulu dia memang sangat mandiri, mungkin karena anak pertama. Dia sangat amat pintar dalam segala bidang. Saat dia masih di bangku kuliah, gue masih SMA saat itu, dan kini gue mengerti “HE’S COOL” dia alumni HI UI.
Gue sangat bahagia punya kakak-kakak cowok yang bisa diandalkan semua. Untuk tugas Matematika gue selalu menyerahkan sama Dicky yang menurut gue dia sangat menguasai di bidang itu, dia bisa menyelesaikan soal-soal Matematika dengan logikanya. Untuk tugas Bahasa Inggris, IPS, IPA dan lain-lain gue serahkan sama A Deri, kadang gue bingung dari mana dia tahu sebanyak itu? sedangkan Deni, dia juga bisa diandalkan YAITU dia bisa mengisi LKS Olahraga gue dengan baik dan benar, YA memang itu keahlian Deni = Olahraga.
I really really LOVE ALL THEM. REALLY. Dan gue baru menyadarinya saat jarak memisahkan. And it’s not too late. Distance create a LOVE to keeps. So I’ll keep the distance tightly!