"Pukul 11:44 ketika gue menulis ini. 16 menit menjelang tanggal 21 Januari. Entah apa yang gue rasakan. Tanpa rasa, tiada rasa yang membuat semua berbeda ketika gue harus menyadari umur gue nggak lagi muda. Kepala 2 yaitu 20 tahun lamanya gue hidup di dunia ini. Entah apa yang sudah gue lakukan selama ini. 20 tahun. Waktu yang cukup lama. Apa yang bisa gue kasih ke diri gue dalam usia gue yang bisa dibilang (seharusnya) dewasa? Di menit menjelang tanggal 21 Januari, tanpa seorang, tidak ada seorang pun yang menemani gue J itu pilihan gue atau memang nasib? I don’t know. I need no to know. 20 tahun. Membuat gue sadar bahwa waktu gue tinggal sedikit. Gue harus lebih dewasa dalam segala hal. Gue bukan anak kecil lagi. Gue adalah wanita berusia 20 tahun. Entah apa yang gue rasakan. Rasanya seperti ada yang mengganjal di hati dan itu berpengaruh sehingga mata gue menjadi berair. Ditemani lagu-lagu mellow yang bikin suasana makin sendu. Entah apa yang gue harapkan, sampai gue nggak tenang. Kalo kata Maroon5 “waking up It’s hard to, sleeping impossible too. What can I do?”
Di usia 20 tahun, belum banyak yang bisa gue persembahkan buat Orang tua, Negara, apalagi Agama L
Buat mama dan papa, gue selalu berusaha menjadi anak yang baik. Kuliah yang bener meskipun gue sering bolos karena ngantuk. Meskipun nilai gue jarang bagus. Meskipun gue bukan mahasiswa yang membanggakan dengan segala aktifitasnya. Meskipun dikelas jarang merhatiin dosen. Tapi seriously, gue mau cepet-cepet lulus kuliah cuma buat mama dan papa, gue mau ngebuat mereka bangga dan merasa nggak sia-sia punya anak kayak gue. Gue selalu berusaha jadi anak yang baik. Meskipun dirumah gue adalah anak yang malas, malas beresin rumah, malas cuci piring, nggak pernah cuci baju sendiri, tapi seriously itu bukan karena gue nggak sayang mama dan papa, tapi emang karena semua kemalasan itu nggak bisa hilang :p hehehe
Dan apapun itu, sebuah kekhususan atau special atau apapun, mungkin hanya bisa dirasakan sama mereka yang bersyukur. Mungkin gue belum bersyukur. I’m not special at all. Ini terlalu biasa buat gue yang selalu merasa tidak cukup. Hari ulang tahun yang datar seperti datarnya penggaris, seperti bakso tanpa sambal, seperti long dress tanpa belt, seperti lagu tanpa nada, seperti aku tanpa kata.
Seiring air mata yang terus berjatuhan, seiring lagu ashanty-dulu yang melantun, seiring waktu yang terus berjalan melewati jam 12 malam. Aku menunggu sms kalian para sahabat. Aku sedih. Kita tak se-mesra dulu kala kita menggunakan rok abu-abu, biru, dan merah. Entah karena waktu atau jarak atau keduanya atau yang lainnya. Aku juga benci diriku yang kadang lupa hari ulang tahunmu, sahabat. Aku benci kita begini.
Untuk pria disana, yang selalu menjadi tempat amarah. Terima kasih dan entah apa yang harus dikatakan, terlalu banyak hal terjadi."